"Sekali Merdeka, Tetap Merdeka": Renungan Puitis di Hari Kemerdekaan RI
"Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya."
— Teks Proklamasi, 17 Agustus 1945
Pada pagi yang hening, di tengah langit Jakarta yang cerah, dua tokoh bangsa berdiri tegar di sebuah rumah sederhana di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Tanpa dentuman meriam, tanpa sorak kemenangan, hanya dengan suara lantang dan penuh keyakinan:
Indonesia menyatakan diri merdeka.
Sejak saat itu, tanggal 17 Agustus bukan sekadar angka dalam kalender. Ia adalah detak jantung bangsa, saksi dari darah dan air mata yang tumpah demi kemuliaan tanah air. Ia adalah janji suci kepada ibu pertiwi, bahwa kita akan berdiri tegak — tak lagi sebagai bangsa terjajah, tetapi sebagai tuan rumah di negeri sendiri.
Semangat yang Tak Pernah Padam
"Sekali merdeka, tetap merdeka."
Ungkapan ini bukan sekadar semboyan, tetapi nyala api dalam dada setiap anak bangsa. Merdeka bukan hanya bebas dari penjajahan fisik, tetapi juga pembebasan dari kebodohan, kemiskinan, dan ketidakadilan.
Di ladang-ladang hijau, di hutan-hutan tropis, di kampus dan ruang riset, di pasar dan jalan-jalan kota — semangat kemerdekaan terus bergema dalam kerja keras rakyatnya. Generasi demi generasi menorehkan kontribusi: dengan pena, dengan cangkul, dengan layar komputer, dan dengan semangat yang tak lapuk dimakan waktu.
Merdeka adalah Tanggung Jawab
Kemerdekaan adalah anugerah, tetapi sekaligus amanah. Ia bukan tujuan akhir, melainkan awal dari perjuangan baru:
Untuk menjunjung keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Untuk menjaga alam nusantara dari rakusnya eksploitasi.
Untuk memeluk perbedaan sebagai kekuatan, bukan perpecahan.
Untuk membangun negeri dari desa hingga ke tapal batas, dari lautan hingga angkasa.
Seruan bagi Generasi Merah Putih
Wahai pemuda-pemudi Indonesia, engkaulah penjaga bara kemerdekaan.
Engkaulah penyambung lidah para pendahulu yang telah gugur di medan juang.
Jangan biarkan semangat proklamasi menjadi kenangan yang pudar.
Warnailah kemerdekaan ini dengan karya, dengan cinta tanah air, dan dengan keberanian untuk berubah.
"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya."
— Ir. Soekarno
Penutup: Merdeka untuk Selamanya
Di setiap kibaran Sang Saka Merah Putih, tersimpan doa dan harapan:
Agar negeri ini senantiasa damai, makmur, dan sejahtera.
Agar rakyatnya hidup dalam kemuliaan dan martabat.
Agar Indonesia, tetap jaya… selama-lamanya.
Dirgahayu Republik Indonesia ke-80 tahun
Jayalah negeriku, merdeka dalam jiwa dan raga.
Red.
Comments powered by CComment