Ulin (Eusideroxylon zwageri): Pilar Ekologi yang Terancam
Pohon ulin, dikenal juga sebagai "kayu besi", adalah spesies endemik hutan hujan tropis Asia Tenggara, khususnya di Kalimantan, Sumatra, Sabah, Sarawak, dan Filipina. Kayunya yang luar biasa keras dan tahan terhadap rayap serta pelapukan menjadikannya sangat bernilai dalam konstruksi berat, seperti tiang rumah, jembatan, dan dermaga.
Pertumbuhan Lambat, Nilai Tinggi
Ulin tumbuh sangat lambat, dengan laju pertumbuhan radial rata-rata sekitar 0,058 cm per tahun. Namun, pohon ini dapat mencapai tinggi hingga 50 meter dan hidup lebih dari 1.000 tahun jika terlindungi . Kayunya memiliki massa jenis lebih dari 1.000 kg/m³, menjadikannya salah satu jenis kayu terpadat di dunia.
Status Populasi dan Ancaman
Menurut IUCN, ulin dikategorikan sebagai spesies "Rentan" (Vulnerable) akibat penurunan populasi signifikan di Kalimantan, Sumatra, Sabah, Sarawak, dan Filipina . Penurunan ini disebabkan oleh eksploitasi berlebihan, hilangnya habitat, dan perubahan penggunaan lahan. Regenerasi alami ulin juga menghadapi tantangan serius, dengan tingkat herbivori tinggi pada bibit dan distribusi spasial yang terfragmentasi .
Upaya Konservasi
Pemerintah Indonesia telah menetapkan larangan ekspor total untuk ulin dan membatasi penebangan hanya pada pohon dengan diameter lebih dari 60 cm . Program konservasi genetik telah dimulai, termasuk pengumpulan benih dari populasi alami untuk penanaman eks-situ. Namun, tantangan tetap ada karena pertumbuhan yang lambat dan ketersediaan benih yang terbatas.
Penulis: Abd Aziz Karim
Editor: GART
Comments powered by CComment